Jangan Takut Patah Hati
sebuah tinjauan biologis terhadap fenomena jatuh cinta dan patah hati
‘……... Anya
terpaku membaca sms dari Andro, serangkaian kata yang intinya Andro
minta putus cinta darinya. Gadis itu terdiam dalam kehancuran hatinya.
Dunia terasa berhenti berputar, jantung seperti berhenti berdetak,
pipinya terasa panas dan kepala berputar-putar. Beruntung tidak sampai
pingsan. Yang dia ingat hanya satu: Bu Lila. Ia berlari menuju
laboratorium Biologi, dan menemukan wali kelasnya itu disana. Tanpa
berkata apa-apa Anya langsung memeluk Bu Lila dan menangis
sepuas-puasnya. Walau masih bingung, Bu Lila tidak mengatakan apa-apa.
Ia hanya membelai rambut Anya dan membiarkan anak didiknya itu menangis
sepuasnya. Hampir seperempat jam lamanya Anya menumpahkan semua
perasaannya dalam tangisan. Akhirnya ia berhenti menangis dan Bu Lila
tersenyium padanya. “ Bagaimana perasaanmu, Nak?” tanyanya lembut. “
Saya merasa lega, Bu.” Jawab Anya. Tak lama kemudian terlihat keduanya
asyik mengobrol sesekali diselingi senyuman dan tawa Anya…….’.
Penggalan
cerita diatas menggambarkan fenomena yang seringkali terjadi pada usia
remaja. Cinta dan patah hati, dua sisi mata uang yang selalu dan hampir
tidak pernah terlewatkan dalam masa remaja kita. Secara Biologis dapat
dijelaskan bahwa pada usia berkisar antara 12 sampai 17 tahun terjadilah
masa dimana organ reproduksi primer dan sekunder sedang dalam masa
puncak perkembangannya. Dimana hormon-hormon reproduktif yang sebelumnya
belum diproduksi, muncul pada masa ini. Secara fisik ditandai dengan
perkembangan pada organ kelamin sekundernya. Pada wanita ditandai dengan
menarche atau menstruasi untuk yang pertama kalinya. Sedangkan pada laki-laki ditandai dengan datangnya “ Dream sweet dream “ atau “mimpi indah” atau para psikolog menyebutnya mimpi basah. Nah Lho, bukan bermaksud vulgar lho….
Selain
memproduksi hormon-hormon reproduktif yang mempengaruhi perkembangan
kelamin primer dan sekunder, tubuh juga mulai memproduksi suatu zat
kimia yang disebut Phenylethylamine (PEA) atau bahasa gaulnya hormon cinta pada kelenjar Hypothalamus otak. Zat ini menimbulkan sensasi perasaan indah terhadap lawan jenis, yang disebut ‘cinta’.
Zat kimia tersebut dikategorikan sebagai hormon, yang biasanya
diproduksi ketika secara visual seseorang melihat lawan jenisnya
sehingga akan memunculkan chemistry jika lawannya memproduksi zat yang sama. Produksi PEA dengan segera akan merangsang hormon lain seperti Dopamine dan Norepinephrine dalam tubuh kita sehingga muncullah perasaan ‘exiting’ terhadap lawan jenis. Timbulnya chemistry
oleh pengaruh hormon biasanya disertai dengan kebutuhan untuk
menyalurkan. Penyaluran itu dapat diaplikasikan dalam bentuk perhatian,
pujian, kebersamaan, dan lain-lain sehingga kita mengenal istilah jadian
atau komitmen untuk berpacaran. Nah disinilah permasalahan biasanya
muncul. Hormon ini memiliki karakter yang hampir sama dengan jenis Amfetamin,
itu lho…jenis psikotropika alias doping yang haram dikonsumsi oleh para
atlet. Efeknya tentu kamu tahu, memicu kerja otot dan syaraf tubuh
sehingga kita jadi lebih bergairah dan lebih bertenaga. Makanya, pada
tahap ini seringkali terjadi perbuatan-perbuatan yang dikatakan sebagai perilaku menyimpang remaja. menurut psikolog Dr. Sarlito W. Sarwono, dalam bukunya Psikologi Remaja,
perilaku remaja yang melanggar batas norma asusila dan masyarakat
dikategorikan sebagai perilaku menyimpang loh… Dikatakan menyimpang
karena memang belum waktunya bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang
seharusnya hanya boleh dilakukan oleh suami istri yang telah memiliki
ikatan perkawinan. Makanya, kalau kamu tidak ingin dikatakan orang yang
‘menyimpang’, Ya..please! jangan nekat melakukan hal itu. Buang jauh-jauh pikiran itu dari otak kamu sekarang.
By the way kita tidak akan mengupas masalah ini lebih lanjut. Setelah kamu membaca asal muasal
perasaan cinta, sekarang kita kembali pada penggalan cerita diatas. Bu
Lila membiarkan Anya menangis sepuasnya, dia tidak sedikitpun berusaha
mendiamkan tangisan Anya. Mungkin kalian pernah merasakan sendiri. Saat
kita sedang dalam masalah, kita menangis dan aneh bin ajaib biasanya
perasaan menjadi lebih lega dari sebelumnya. Kok bisa ya?
Dr. William H. Frey, direktur Dry Eye and Tears Research Center
di Mineapolis, AS melakukan percobaan untuk meneliti kandungan zat
dalam air mata. Hasilnya diperoleh bahwa air mata mengandung senyawa
kimia yaitu: Protein Leusin-enkefalin (bertugas mengatasi rasa sakit), dan Adenokortikotropin ( hormon penanda tertekan dan penghilang rasa sakit ). Frey menemukan, kelenjar air mata melarutkan dan mengeluarkan unsur Mangan (Mn),
mineral yang terlibat dalam perubahan suasana hati. Diduga bahwa air
mata membuang zat beracun yang terkumpul di dalam tubuh akibat rasa
tertekan. Jadi kesimpulannya, menahan tangis tidak baik untuk kesehatan
fisik dan psikis. Secara fisik, racun-racun tersebut jika dibiarkan
terkumpul dalam tubuh, ia akan ikut aliran darah ke seluruh tubuh dan
mengganggu bahkan merusak sel-sel tubuh karena sifat racunnya. Sedangkan
secara psikis yang jelas menimbulkan perasaan tertekan, dimana perasaan
tertekan juga akan memicu produksi hormon-hormon destruktif dari
kelenjar hipothalamus. Buntutnya racun lagi…racun lagi. Makanya kita sering mendengar semacam pameo orang jawa : “Ojo kakehan mikir mundhak cepet tuwo”
. Jadi jangan malu untuk menangis saat kondisi perasaan kita tertekan.
Mengangis tidak berarti cengeng. Lebih dari itu ternyata menangis
merupakan therapi fisik untuk mengurangi tekanan psikis. Tuhan memberi
kemampuan manusia untuk menangis dan menciptakan air mata pasti bukanlah
sesuatu yang tidak berguna bagi manusia.
Kembali pada perasaan cinta. Penjelasan ilmiah dari perasaan cinta adalah karena produksi PEA dari kelenjar hypothalamus. PEA termasuk salah satu jenis dari Pheromone
( baca: Feromon). Sejenis hormon yang juga dihasilkan oleh hewan untuk
menarik lawan jenisnya. Jadi cinta tak ubahnya sebuah reaksi kimiawi
yang terjadi di dalam tubuh seperti halnya reaksi-reaksi kimia tubuh
yang lain. Sedangkan patah hati bisa dijelaskan sebagai terhentinya
proses penyaluran atas aktifitas pheromon padahal produksi pheromon dalam tubuh masih terus berlangsung. Sehingga terjadi akumulasi PEA yang masih terus memperngaruhi kerja norepinephrine dan dopamine yang
tidak termanifestasi dalam bentuk out put berupa penyaluran pada
pasangannya. Sehingga akumulasi hormon tersebut mempengaruhi tekanan
darah, kerja jantung dan mempengaruhi perasaan seseorang yang
mengalaminya. So… rasa sakit hati, stress, dan depresilah hasilnya.
Menurut teori Helen Fischer yang dipublikasikan dalam Teori Four Years Itch-nya,
ternyata hormon cinta tidak akan bertahan lama. Batas waktu yang
diperlukan feromon untuk mempengaruhi fikiran seseorang, maksimal hanya
empat tahun saja, setelah itu akan hilang tanpa bekas karena tubuh
membentuk imun atau kekebalan terhadap zat tersebut. Bahkan sebenarnya pun, pheromon ini bisa juga kita netralisir dengan hormon lain seperti Endorphin. Apa sih Endorphin itu? Endorphin
adalah sejenis morfin yang dihasilkan secara alamiah oleh tubuh
manusia. Dimana efeknya sama dengan morfin, menenangkan dan memberi rasa
bahagia. Hormon ini biasanya diproduksi saat tubuh melakukan aktifitas
olah raga. Pengaruhnya bagi tubuh adalah melebarkan pembuluh darah,
sehingga meringankan kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan
otak. Sehingga jika peredaran darah normal, denyut jantung normal maka
timbul perasaan tenang dan bahagia. Saat perasaan tenang dan bahagia,
pengaruh feromon akan berkurang dalam tubuh kita.
Memang
tidak bisa dipungkiri, patah hati rasanya sakit sekali. Tetapi
sepanjang kita selalu berfikir positif, segalanya bisa kita lalui tanpa
beban yang berat yang kadang mengganggu konsentrasi belajar kita.
Lakukan aktifitas yang bermanfaat buat diri kita. Tubuh ini siapa yang
akan menjaga dan memelihara kalau bukan kita sendiri? Bahkan Masaru Emoto,
peneliti air dari Jepang mendefinisikan cinta sebagai hasil resonansi
dari dua benda yang memiliki frekuensi yang sama. Artinya perasaan cinta
akan timbul akibat tubuh melakukan resonansi terhadap suatu getaran
dari seseorang yang memiliki frekuensi yang sama dengan tubuh kita.
Seperti jika kita meletakkan 2 garputala yang memiliki frekuensi sama,
misalnya 240 Hz, jika garputala pertama kita getarkan maka garputala
yang lain akan ikut bergetar karena adanya resonansi. Kesimpulannya,
jika perasaan cinta timbul karena adanya resonansi, maka bukankah
getaran itu makin lama makin melemah sampai akhirnya berhenti? Betapa
ruginya kita, merelakan diri kita hancur hanya karena patah hati. Toh
cinta sejati itu nggak ada..Berapa kali saja seorang James Bond mengatakan “ You are my true love”…? nyatanya selalu ada wanita yang berbeda di setiap sekuel filmnya.
So…jika
kamu lagi patah hati, Try me! pertama: Buang jauh-jauh semua hal yang
bisa mengingatkan kita padanya. Setelah itu buatlah dirimu berbeda dari
sebelumnya, ( tanpa harus menjadi orang lain lho ). Misalnya mengubah
gaya rambut, menata ulang kamar, jadikan dirimu menjadi kamu yang baru,
seorang yang penuh semangat dan selalu berfikiran positif serta optimis
memandang hari ini dan hari esok. Lakukan hal-hal baru, banyak
bersosialisasi, melakukan kegiatan-kegiatan positif: misalnya ikut klub
basket, Taekwondo, aktif di OSIS, Pramuka, PMR, apapun yang kamu suka.
Dan satu hal yang harus selalu kita yakini sebagai manusia yang
beragama: Menyerahkan semuanya pada Allah SWT dan selalu mengingat bahwa
tidak ada cinta hakiki kecuali cinta Allah semata. Dia tahu yang
terbaik buat kita..
Anya
keluar dari Laboratorium Biologi. Ekspresi wajahnya berbeda sekali
dengan ketika dia masuk tadi. Kali ini wajahnya telah kembali ceria dan
tatapan matanya penuh gairah untuk menyongsong hari yang akan selalu
indah meskipun tanpa Andro di sisinya. Bu Lila memperhatikannya dari
pintu sambil tersenyum. Senyum tulus seorang guru kepada muridnya……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar